by

Pemanfaatan Lampu Air Laut Sebagai Sumber Energi Listrik dan Manajemen Rantai Pasok di Pulau Kosong

,

JAYAPURA (PAPOS) – Tim pengabdian masyarakat yang dipimpin oleh Hardi Hamzah dari Program Studi Fisika Universitas Cenderawasih.

Bersama anggota tim pengabdi Dani Arisandi DN dari Program Studi kewirausahaan Universitas Muhammadiyah Jayapura,
Wahyu Kumalasari dari Program Studi Fisika Universitas Cenderawasih, May Tree Simamora dari Program Studi Ilmu Perikanan Universitas Cenderawasih

Serta Rivaldo Titto Ulrich Silalahi dari Program Studi Fisika Universitas Cenderawasih.

Tim tersebut melakukan
melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk memanfaatkan lampu air laut sebagai sumber energi Listrik dan Manajemen Rantai Pasok.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat diselenggarakan di Pulau Kosong, Sabtu (21/9/2024) Kota Jayapura, yang juga dihadiri oleh ketua RT setempat, ketua kelompok nelayan maju, serta anggota kelompok nelayan maju.

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh tingginya biaya operasional dan keterlimpahan hasil tangkapan ikan oleh kelompok nelayan maju di Pulau Kosong.

Dengan memanfaatkan lampu air laut, diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif untuk mengurangi biaya dan meningkatkan hasil tangkapan ikan.

Kegiatan ini melibatkan pelatihan bagi para nelayan tentang cara menggunakan lampu khusus yang dirancang untuk melaut di malam hari.

Lampu ini berfungsi untuk menarik perhatian ikan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tangkapan mereka.

Dengan mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional yang lebih mahal, nelayan dapat mengoptimalkan biaya operasional mereka.

Inisiatif ini juga sejalan dengan upaya untuk memanfaatkan potensi sumber daya laut yang melimpah di Indonesia secara berkelanjutan.

Melalui teknologi ini, diharapkan akan tercipta solusi yang tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan laut.

“Dengan adanya teknologi ini, kami berharap dapat membantu nelayan meningkatkan hasil tangkapan mereka dan mengurangi beban biaya yang selama ini kami hadapi,” ungkap salah satu nelayan setempat.

Kegiatan pemanfaatan lampu air laut ini diharapkan menjadi langkah awal dalam pengembangan lebih lanjut untuk sektor perikanan di Pulau Kosong, serta menjadi contoh bagi daerah lain dalam memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan berkelanjutan.

Pada sesi ke-2 di isi dengan materi manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) bagi nelayan pulau kosong kota Jayapura. Materi ini memberikan pemahaman pada nelayan terkait bagaimana memanajemen hasil tangkapan ikan agar memperoleh hasil yang lebih maksimal.

Materi ini meliputi manajemen aliran harga, aliran informasi, aliran barang.

Setelah mendapatkan materi tersebut, maka dilakukan kegiata diskusi terkait bagaimana manajemen rantai pasok yang dilakukan oleh kelompok nelayan maju.dari hasil diskusi tersebut diketahui bahwa rantai pasok hasil tangkapan ikan nelayan di pulau kosong masih terlalu panjang.

Sehingga hal tersebut menyebabkan margin farmer share menjadi kecil. Salah satu solusi yang kami peroleh dari hasil focus group discussion (FGD) adalah dibutuhkannya saluran pemasaran yang lebih baik.

Sehingga pada musim-musim tertentu, saat hasil tangkapan ikan sangat melimpah, harga ikan tidak anjlok.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan solusi energi, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan nelayan di Pulau Kosong dapat lebih mandiri dan efisien dalam menjalankan aktivitas mereka.

Kegiatan ini dibiayai oleh: Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.(Redaksi)