WAMENA [PAPOS] – Wakil Menteri (Wamen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jhon Wempi Wetipo meninjau proses pemulihan Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada Jumat (7/02/2020).
Wetipo didampingi Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Papua Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Cornelis Sagrim dan Kasatker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah IV Provinsi Papua (Jayawijaya), Togap Hariyanto Manik, meninjau beberapa titik pembangunan yang sebelumnya hangus terbakar saat kerusuhan terjadi pada 23 September 2019.
Lokasi yang dikunjungi adalah, Pasar Wouma, Jl. Pikhe dan STISIP Yapis.
Progres pembangunan ulang bangunan-bangunan yang rusak dan dibakar, baru berjalan selama 2 minggu dan dikerjakan oleh para pengusaha lokal.
Wetipo yang mendengar laporan mengenai kendala dilapangan memibta semua pihak untuk saling membantu agar proses pemukihan Wamena bisa berlangsung cepat.
Salah satunya adalah masalah penampungan puing-puing pasca kerusuhan yang hingga kini belum dapat tertangani.
‘Tidak mungkin ada puing lalu masukan bahan bangunan. Kita harapkan ini cepat selesai, tadi kita minta bantuan teman-teman Gapensi untuk mencari lokasi guna menampung puing-puing kendaraan dan bangunan,” kata Wetipo.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ia meminta Pemerintah Kabupaten Jayawijaya untuk membantu mencarikan solusi agar proses pembangunan bisa dikerjakan.
“Saya berharap dukungan dari Pemerintah Daerah, mari kita bersinergi karena kita mau pulihkan ekonomi secara bersama-sama, supaya kita kembalikan Wamena seperti yang dulu,” kata Wetipo.
Kemudian mengenai masalah permodalab yang menjadi kendala para pengusaha lokal, Wetipo mengaku masih mencarikan solusi terbaik untuk mereka.
Menurut dia, mereka telah dimudahkan untuk mendapat bahan bangunan. Hanya saja ia menilai ada hal lain yang memerlukan biaya sehingga para pengusaha lokal kesulitan untuk memulai pekerjaan.
“Pembangunan 403 Ruko ini kan dibagi dalam 4 kontrak besar, nah kita sudah sampaikan 4 kontrak besar ini memfasilitasi pengusaha lokal untuk mendapat bahan bangunan. Bahannya itu disiapkan oleh beberapa pihak tanpa mereka bayar dulu bisa ambil, nanti setelah dananya cair baru mereka bayar bahan bangunannya. Mungkin yang mereka keluhkan adalah terkait dengan bahan lokal seperti pasir, batu, mungkin begitu,” tutur Wetipo.
Sedangkan untuk proses pembangunan, Wetipo menyebut dari 403 Ruko yang akan dibangun ulang, sudah 10 unit yang selesai dibangun.
Pola pembayaran yang diterapkan untuk pembangunan Ruko dilakukan secara bertahao setiap 10 Ruko selesai dibangun.
“10 Ruko selesai lalu bayar, kemudian 10 Ruko lagi selesai lalu bayar lagi, supaya tidak bertumpuk dan mengurangi beban teman-teman,” kata dia.
Sementara untuk rumah, dari 190 unit yang akan dibangun ulang, hingga kini sudah 20 rumah yang selesai dibangun. Pengerjaan tersebut dilakukan oleh TNI.
“Sudah 20 rumah yang jadi dari total 190 yang akan dibangun, mudah-mudahan dalam kurun waktu 10 bulan penugasan ini bisa tuntas 100 persen,” kata Wetipo.
Kerusuhan di Wamena terjadi pada 23 September 2019. Dalam kejadian tersebut massa yang terprovokasi isu rasisme melakukan pengrusakan dan pembakaran terhadap bangunan, serta kendaraan bermotor.
Korban jiwa atas kerusuhan tersebut mencapai 32 jiwa, dan puluhan orang luka-luka.[tho]
Comment