JAYAPURA (PAPOS) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat pada triwulan III tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Papua dibandingkan triwulan III tahun 2018 mengalami kontraksi sebesar -15,11 persen.
“Besarnya kontraksi ini terutama disebabkan oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan produksi yang cukup dalam hingga mencapai -38,31 persen,” kata Eko Mardiana, Kepala Bidang Neraca Wilayah Statistik BPS Provinsi Papua, belum lama ini.
Ditambahkan, penurunan produksi disebabkan turunnya produksi bijih logam PT Freeport di Papua. Berkurangnya produksi tersebut, kata Eko Mardiana, sudah terjadi sejak triwulan I tahun 2019 hingga triwulan III tahun 2019.
“Hal ini terjadi sebagai akibat adanya masa transisi penambangan dari tambang terbuka (open pit) ke lokasi penambangan bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC),” ucapnya.
Lebih lanjut, selama tahun 2019 diperkirakan produksi bijih logam PT Freeport akan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018.
Selain pertambangan dan penggalian, kategori yang mengalami pertumbuhan negatif lainnya adalah pertanian, kehutanan dan perikanan, industri pengolahan, dan kategori pengadaan air, pengelolaan sampah limbah dan daur ulang.
“Kontraksi pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan disebabkan menurunnya produksi beberapa komoditi tanaman bahan makanan serta turunnya produksi kehutanan dan penebangan kayu sebagai dampak moratorium tentang pembatasan penebangan kayu,” jelasnya.
“Sedangkan pada industri pengolahan, penurunan terjadi pada industri kayu, dan barang dari kayu serta industri makanan dan minuman. Selain itu, terjadinya kerusuhan di beberapa titik daerah di Papua juga cukup mempengaruhi kontraksi pertumbuhan kategori ini,” sambung Eko Mardiana. (Syahriah)
Comment