JAYAPURA (PAPOS) – Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Papua, Kresna Aditya Payokwa mengatakan, secara umum kondisi market mengalami penurunan hingga 2 persen akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok (China).
Selain itu, imbas dari tensi politik yang sempat memanas pasca ditetapkannya hasil rekapitulasi Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 juga memicu terjadinya penurunan market.
“Penyebabnya mix bukan hanya domestik, tetapi juga dari faktor external, tetapi yang paling signifikan adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok (China) yang akhirnya digabungkan dengan tensi politik,” jelas Kresna, Minggu (26/5/2019).
Dikatakan, investor masih memantau pergerakan saham di Pasar Modal, demikian juga transaksi mengalami penurunan dari Rp 10-11 triliun menjadi Rp 8-9 triliun per hari secara nasional.
Menurutnya, investor mengacu pada kondisi luar negeri, sehingga investor asing masih menahan diri untuk masuk ke saham ritel. “Tetapi kalau secara fundamental kondisi negara kita masih cukup baik, demikian juga kondisi politik,” imbuhnya.
Di Papua, dari hasil pemantauan, saham di sektor komunikasi yang direkomendasikan oleh Sekuritas yaitu Indosat dan Telkom, juga sektor infrastruktur seperti Waskita Karya, Adhi Karya.
“Untuk jangka panjang, kita sarankan beli saham Unilever atau perbankan yang sudah cukup besar seperti Bank Mandiri dan BRI,” ujarnya.
Pihaknya menyarankan kepada investor tetap memantau perkembangan saham di Pasar Modal dan tidak panik dengan kondisi saat ini. (Syahriah)
Comment