JAYAPURA(PAPOS) – Tim dosen Universitas Cenderawasih (Uncen) yang diketuai oleh Ego Srivajawaty Sinaga, S.Pd., M.Sc. melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat bertajuk “Transformasi Kearifan Lokal Kelapa (Cocos nucifera) dan Daun Kelor (Moringa oleifera) menjadi Pangan Fungsional sebagai Bentuk Kemandirian Pangan”.
Kegiatan ini terselenggara melalui kerja sama dengan Pimpinan Wilayah Nasyiatul ‘Aisyiyah (PWNA) Papua dan berlangsung di TK ‘Aisyiyah Abepura, Minggu (3/8/2025) yang dihadiri 30 peserta terdiri dari anggota NA dan masyarakat umum.
Papua dikenal kaya akan sumber daya alam, termasuk kelapa dan daun kelor yang tumbuh subur di berbagai wilayah.
Selama ini, kedua komoditas tersebut umumnya dimanfaatkan secara sederhana, sementara pemanfaatannya sebagai pangan fungsional bernilai ekonomi masih belum optimal.
Padahal, tantangan kemandirian pangan dan tuntutan peningkatan daya saing produk lokal memerlukan inovasi berbasis potensi daerah.
Melalui kegiatan ini, tim Uncen dan PWNA Papua berupaya mengolah kearifan lokal menjadi produk yang tidak hanya bergizi dan menyehatkan, tetapi juga berpotensi menambah penghasilan keluarga.
Kegiatan dibuka dengan seminar yang membahas tiga topik utama: kewirausahaan, Good Manufacturing Practices (GMP), dan produk halal.
Peserta mendapatkan pengetahuan mendalam mengenai strategi memulai dan mengembangkan usaha yang berkelanjutan, pentingnya GMP untuk menjamin mutu dan keamanan pangan, serta peran sertifikasi halal dalam meningkatkan daya saing produk di pasar lokal maupun global.
Narasumber menyampaikan contoh nyata pelaku usaha yang sukses memadukan manajemen mutu, inovasi produk, dan kepatuhan terhadap standar halal, sehingga peserta dapat langsung mengadaptasinya pada usaha mereka. Sebagai anggota pengabdi Baiq Amarwati Tartillah, S.TP.,Mfood.Sc. sekaligus ahli pangan bersedia untuk membantu anggota NA yang mempunyai UMKM dalam mengontrol proses produksi.
Selanjutnya, dilaksanakan cooking class yang menghadirkan berbagai olahan kue berbahan kelapa dan daun kelor, seperti kue pancong kelapa, wingko babat, cookies kelapa, dan akar kelapa.
Peserta tidak hanya mengamati, tetapi juga terlibat langsung dalam proses pembuatan, mulai dari persiapan bahan, pengaturan takaran, hingga teknik menjaga tekstur dan cita rasa.
Dipandu oleh dua praktisi kuliner berpengalaman, Ibu Wiwin dan ibu Evi, peserta mendapatkan tips praktis sekaligus wawasan mengenai kandungan gizi kelapa dan daun kelor serta peluang pemasaran produk sebagai pangan fungsional yang bernilai jual tinggi.
Ketua PWNA Papua, Siti R. Fitriani, S.Th.I., M.A., Ph.D., menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini sebagai langkah nyata membangun kemandirian dan semangat juang perempuan muda Papua.
“Perempuan harus memiliki daya saing, dan itu membutuhkan peningkatan kapasitas serta perluasan jejaring. Kegiatan ini menjadi ruang strategis untuk mengasah keterampilan, menambah wawasan, dan memperkuat ekonomi berbasis potensi lokal,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini merukan perwujudan semangat Nasyiatul Aisyiyah—mendorong perempuan muda agar kreatif, inovatif, dan berkontribusi pada kemajuan masyarakat,
Lebih dari itu, kegiatan ini merupakan ladang amal bagi semua yang terlibat, sebab ilmu, keterampilan, dan peluang usaha yang dibagikan insyaallah menjadi pahala yang terus mengalir.
“Harapan kami, semangat ini akan terus hidup dan menular, melahirkan generasi perempuan Papua yang tangguh, mandiri, dan membawa perubahan,” ujarnya penuh optimisme,”katanya lagi.
Tidak hanya berhenti pada pelatihan, tim dosen pengabdi, tim Wahyu Kumala Sari, M.Si., yang juga pendamping halal, siap memfasilitasi proses sertifikasi halal bagi UMKM di Jayapura. Dengan sinergi antara perguruan tinggi, organisasi perempuan, dan masyarakat, kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian pangan sekaligus mendorong tumbuhnya usaha kecil berbasis potensi lokal di Papua.(Redaksi)












