by

Papua Muda, Papua Berkarya

JAYAPURA [PAPOS] – Pemerintah telah melakukan beragai upaya guna meningkatkan sektor pendidikan di Provinsi Papua melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan berbagai program untuk memajukan kualiitas pendidikan di Bumi Cenderawasih.
Sebab, pendidikan menjad salah satu kunci kemajuan suatu bangsa, termasuk di Papua. Dimana saat ini pendidikan di pulau paling timur Indonesia itu, sudah bergerak ke arah yang lebih maju.

Salah satu upaya yang sudah dilakukan pemerintah guna memajukan generasi Papua, pada tahun 2019 telah berkoordinasi dan memfasilitasi berbagai kegiatan pendidikan putra – putero di Papua.

Pemerintah berharap penggunaan anggaran pendidikan baik berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), maupun program pemerintah pusat melalui Kemendikbud dapat tepat guna dan tepat sasaran untuk masyarakat PaPua secara keseluruhan.
Beberapa program yang akan difokuskan untuk Papua dan Papua Barat di antaranya Infrastruktur, penyediaan sekolah satu atap berpola asrama untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah. Setidaknya pemerintah sudah membangun 34 Sekolah Menengah Pertama (SMP) berpola asrama yang disesuaikan dengan kondisi geografis masing-masing daerah.
Selain ketersedian infrastruktur, Kemendikbud juga menyesuaikan kurikulum agar diterima semua kalangan di Pulau Papua. Terdapat kurikulum untuk masyarakat pemburu dan peramu, kurikulum masyarakat perdesaan, dan kurikulum masyarakat perkotaan.
Pemberian bantuan dalam bidang pendidikan juga datang lewat program beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) serta Kartu Indonesia Pintar kepada putra-putri Papua dan Papua Barat. Nantinya penerima beasiswa akan disebar di SMP dan SMA terbaik di 6 provinsi Jawa-Bali. Untuk tahun ini, total ada 1.263 siswa kelas X, XI dan XII asal Provinsi Papua dan Papua Barat mengikuti program beasiswa Adem.
Melaui program ADEM, Pemprov Papua juga sudah memberikan 30 beasiswa Otsus kepada mahasiswa/mahasiswi asli Papua. Mereka akan melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Program ini sudah berjalan sejak 2019. Total ada 1.051 penerima beasiswa, di mana sebanyak 600 di antaranya menempuh pendidikan di luar negeri. Sisanya menempuh pendidikan di universitas ternama di dalam negeri.

Murid-murid yang menerima beasiswa itu, juga akan dibekali dengan program peningkatan wawasan kebangsaan untuk membangun rasa cinta tanah air, toleransi, dan menghargai keberagaman serta memperkokoh persatuan NKRI.
Terbukanya akses pendidikan diharapkan mampu membangun Papua. Mereka yang ikut serta dalam program beasiswa-beasiswa yang ditawarkan pemerintah, juga diharapkan bisa kembali untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia Papua yang unggul.
Hasil dari pendidikan itu nyata dalam kehidupan di masyarakat Papua saat ini, seperti yang dilami Putri Nere yang merupakan Miss Papua 2006, berhasil mengembangkan komunitas Papua Muda Inspiratif (PMI). Anggotanya terdiri dari 21 muda-mudi Papua yang berprestasi. Mereka di antaranya Putri Nere dari bidang seni/entertaint, pendidikan, social enterprener, dan teknologi. Mewakili dunia kuliner yaitu Carles Toto; serta 2 pilot perempuan pertama asal Papua Vanda Astri Korisano dan Martha Ztiennov Itaar.

Komunitas ini dimaksudkan untuk menginspirasi dan sekaligus mendorong percepatan generasi muda Papua dalam mencapai kemajuan serta kesejahteraan masyarakat papua pada umumnya. Sehingga akan memunculkan semakin banyaknya generasi muda Papua yang inovatif, kreatif, dan produktif.
Salah satu tujuan komunitas ini adalah mengubah stigma atau membuka paradigma baru tentang Papua yang maju. Selain menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), pemuda-pemudi Papua juga bisa berkreasi di bidang lain, seperti menjadi seniman dan pengusaha.
“Karena sebenarnya mereka mempunyai talenta dan kemampuan mereka harus bergerak bersama supaya orang lebih tau lagi, ‘Oh ini nih anak Papua. Keren-keren ya’,” ucap Putri Nere dalam podcast “Papua adalah Kita.” yang ditayangkan di youtube terasnegeriku dan bisa Anda simak melalui link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=jPFzw5dp1vg

“Harus lebih saling punya rasa memiliki dan ada rasa membantu. Kalau jalan sendiri-sendiri kita tidak akan pernah maju. Untuk mendobrak sesuatu kita harus jalan sama-sama,” tambahnya lagi.

Tak kalah membanggakan adalah George Saa. Pria kelahiran 1986 ini menang dalam kompetisi dunia First Step to Nobel Prize dalam Fisika pada tahun 2004, saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Banyak tawaran beasiswa yang datang setelah dia menang kompetisi tersebut. Dia memilih melanjutkan studi dengan gelar sarjana dalam bidang Aerospace Engineering di Florida, Amerika Serikat. Setelah lulus, George melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 teknik material di Inggris.

Dia berharap ada institusi riset di Indonesia untuk ilmu yang dipelajarinya. Mimpi lainnya yaitu George ingin menggratiskan pendidikan sekolah dasar di Papua. Sementara untuk SMP dan SMA, George ingin menciptakan program bimbingan untuk keterampilan khusus para siswa.

Tentu kita akan temui George-george yang lain dari wilayah Papua. Dengan catatan, generasi mudanya harus semakin melek akan dunia pendidikan. Jika sudah begitu, maka akan semakin memudahkan pengembangan masyarakat Papua agar mereka bisa memajukan daerahnya.[tho]

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *